Sunday, January 10, 2016

Sustainable Palm Oil : Merajut Asa Demi Masa Depan Lingkungan Indonesia

          Seringkali kebutuhan manusia yang tidak ada habisnya berdampak negatif terhadap lingkungan secara bertahap. Degradasi lingkungan yang kian memprihatinkan menyebabkan para aktivis lingkungan beramai-ramai melancarkan protes kepada pelaku yang disinyalir memiliki kontribusi terhadap kerusakan lingkungan secara permanen. Tak terkecuali isu pengembangan komoditi kelapa sawit yang telah dilakukan bertahun-tahun, namun dampaknya terhadap keberlangsungan ekosistem mulai terlihat. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) (https://id.wikipedia.org). Keuntungan yang besar dari kelapa sawit menyebabkan banyak hutan dan lahan pertanian dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahkan perkebunan kelapa sawit mulai merambah di Pulau Papua yang memiliki wilayah terluas di Indonesia. Salah satunya keberadaan perusahaan swasta nasional yang membuka lahan besar-besaran di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat sejak sebelum tahun 2000. Pembukaan lahan sawit tersebut mengurangi luas lahan pertanian yang diusahakan oleh masyarakat lokal, mencakup distrik (wilayah) Prafi hingga Sidey. Bahkan hutan lindung yang berfungsi sebagai ekosistem berkurang luasannya karena masyarakat pribumi yang memiliki hak ulayat atas hutan menyetujui pembukaan lahan sawit tersebut. 


            Kelapa sawit adalah sejenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Manfaat dari kelapa sawit berasal dari minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Hal itu dikarenakan keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Manfaat yang luar biasa dari kelapa sawit menjadikan tanaman ini bernilai tinggi tidak hanya di pasar domestik, melainkan di pasar internasional. Permintaan akan minyak sawit mentah yang digunakan sebagai minyak nabati dan biofuel telah mendorong peningkatan perluasan atau pengembangan kelapa sawit di Indonesia.  Hingga tahun 2015, Indonesia merupakan produsen sekaligus eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci bagi perekonomian Indonesia karena ekspor minyak kelapa sawit membuka kesempatan kerja bagi jutaan orang Indonesia dan memberikan devisa masuk bagi negara. Meskipun demikian, keberadaan kelapa sawit yang dikembangkan secara masif berdampak buruk terhadap kelangsungan ekosistem. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan adalah masalah penurunan kualitas air dan penurunan kualitas udara serta pencemaran akibat limbah yang dihasilkan dari industri kelapa sawit baik itu limbah padat, gas, maupun limbah cair (http://asyerex.blogspot.co.id/2013/01/dampak-pembangunan-pabrik-kelapa-sawit). Selain itu konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dapat memicu kerusakan ekosistem alamiah dan mengancam kehidupan flora serta fauna di dalamnya. Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia, habitat flora dan fauna, sebagai tempat penyimpan air dalam volume besar sehingga mencegah terjadinya erosi dan banjir. Apa artinya bila miliaran bahkan triliunan rupiah dari devisa kelapa sawit mengalir ke Indonesia sementara potensi kerusakan lingkungan kian parah?Itu berarti generasi kini akan mewariskan lingkungan yang rusak sebagai habitat kehidupan bagi generasi masa depan.
         Setiap orang pasti memiliki kebutuhan akan hasil olahan industri kelapa sawit. Permintaan konsumen Indonesia akan minyak goring, misalnya tergolong cukup tinggi karena minyak goreng merupakan bahan esensial dalam mengolah makanan mentah menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Beredarnya berbagai merek minyak goreng merupakan bukti bahwa banyak produsen yang berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut. Bayangkan bila dalam sehari rata-rata satu rumah tangga di Indonesia menghabiskan 1 liter minyak goreng dengan asumsi jumlah rumah tangga sebanyak 64.771 rumah tangga pada tahun 2014, maka konsumsi minyak goreng sehari rata-rata sebesar 1 liter x 64.771 = 64.771 liter. Hal ini berarti dalam setahun konsumsi minyak goreng di Indonesia per rumah tangga sekitar  360 liter (30 liter x 12) sehingga total konsumsinya dalam setahun mencapai 23,32 juta liter. Dapat dibayangkan berhektar-hektar lahan akan dibutuhkan untuk membuka perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja bila tidak dilakukan upaya konkrit untuk mencegah kegiatan yang memperparah kerusakan lingkungan. Sustainable Palm Oil (SPO) merupakan salah satu program cerdas yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kelapa sawit. Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan yang dinamakan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Sustainable Palm Oil perlu dimaknai sebagai bentuk komitmen teguh dari seluruh masyarakat di Indonesia dengan mengkampanyekan perhatian terhadap masalah lingkungan, mengurangi tingkat konsumsi produk olahan kelapa sawit dan berpartisipasi aktif dalam mengawasi perilaku perusahaan perkebunan kelapa sawit maupun industri kelapa sawit. Pemerintah juga perlu membatasi pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit secara ketat, melakukan monitoring dampak krisis lingkungan atau amdal (analisis dampak lingkungan) akibat aktivitas dari pengembangan kelapa sawit serta yang paling penting melarang perluasan lahan perkebunan yang mengkonversi hutan lindung atau hutan hujan tropis agar ekosistem tetap terjaga.    
             SPO bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan swasta saja melainkan seluruh masyarakat Indonesia karena salah satu konsumen kelapa sawit terbesar di dunia adalah Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kelima di dunia. Sebagai implementasi sederhana, masyarakat sebagai konsumen perlu menerapkan gaya hidup sehat dengan meminimalisir penggunaan minyak goreng dengan mengkombinasikan olahan makanan dalam bentuk rebusan maupun panggang. Selain itu minyak goreng maksimal hanya dua kali digunakan untuk memasak makanan karena lebih dari itu akan merugikan kesehatan tubuh. Masyakat seharusnya lebih cerdas dengan memilih alternative minyak goreng jenis lain sebagai substitusi dari minyak goreng hasil olahan kelapa sawit sehingga hal tersebut akan menekan tingkat konsumsi minyak goreng. Selain minyak goreng, masyarakat juga perlu mengurangi konsumsi untuk produk olahan kelapa sawit yang lain seperti margarine, kosmetik dan produk farmasi. Langkah terbaik adalah dengan mencari pengganti lain dari produk olahan tersebut yang memiliki kegunaan serupa. Dengan satu langkah sederhana tersebut, maka akan berkontribusi besar terhadap upaya Sustainable Palm Oil (SPO) untuk kelangsungan hidup dan lingkungan yang jauh lebih baik. 

No comments:

Post a Comment