Monday, January 18, 2016

Pertumbuhan Ekonomi Versus Pembangunan Ekonomi

        Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP (Gross National Product) riil negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) juga diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu : (1) proses, (2) output per kapita, dan (3) jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Simon Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”.
            Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan kenaikan output (Produk Domestik Bruto) dan pendapatan riil perkapita merupakan salah satu ukuran kemakmuran suatu wilayah, namun bukan indikator yang mutlak untuk menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat karena masih ada beberapa aspek lainnya yang perlu diperhatikan. Sederhananya, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Hal ini diukur secara konvensional sebagai laju persen kenaikan dalam produk domestik bruto riil, atau PDB riil. Pertumbuhan biasanya dihitung secara riil, yaitu disesuaikan dengan hal inflasi, untuk output yang bersih dari efek inflasi pada harga barang dan jasa yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi, "pertumbuhan ekonomi" atau "teori pertumbuhan ekonomi" biasanya mengacu pada pertumbuhan output potensial, seperti: produksi di "lapangan kerja", yang disebabkan oleh pertumbuhan permintaan agregat atau output yang diamati. Sehingga dapat dikatakan bila pertumbuhan ekonomi tinggi berarti ada peningkatan aktivitas perekonomian yang digenjot untuk mengimbangi kebutuhan para pelaku ekonomi.
            Pada zaman sekarang seringkali pembangunan ekonomi disamakan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi karena orang percaya, hasil-hasil pembangunan akan dengan sendirinya menetes ke bawah (trickle down) sebagaimana yang terjadi di negara-negara yang sekarang tergolong maju. Jadi, yang perlu diusahakan dalam pembangunan adalah bagaimana caranya untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut. Selama ini banyak negara sedang berkembang telah berhasil menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tetapi masih banyak permasalahan pembangunan yang belum terpecahkan, seperti : tingkat pengganguran tetap tinggi, pembagian pendapatan yang tidak merata, masih banyak terdapat kemiskinan absolut, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, pelayanan  kesehatan masih kurang, dan sekelompok kecil penduduk yang sangat kaya cenderung semakin kaya sedangkan sebagian besar penduduk tetap saja bergelut dengan kemiskinan, yang terjadi bukan trickle down tapi trickle up. Keadaan ini cukup memprihatinkan, sehingga banyak pihak  yang mulai mempertanyakan arti dari pembangunan.
            Kondisi serupa dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun diiringi dengan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan yang masih tergolong tinggi juga terjadi di Papua Barat. Selama kurun waktu tahun 2005-2008, pertumbuhan ekonomi Papua Barat cukup tinggi meski dalam kisaran 5-10 persen. Namun memasuki tahun 2009, pertumbuhan ekonominya mencapai 13,87 persen. Bahkan pada tahun 2010-2011, pertumbuhan ekonomi Papua Barat mencapai angka fantastis, diatas 20 persen (berdasarkan data BPS Papua Barat). Pertumbuhan ekonomi yang tergolong bombastis untuk provinsi yang terbilang ‘baru’ dimekarkan pada tahun 2003. Pertumbuhan itu bahkan menempatkan Papua Barat sebagai provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi di Indonesia. Meskipun pencapaian pertumbuhan ekonomi tergolong ‘luar biasa’ namun ternyata angka kemiskinan dan angka pengangguran Papua Barat masih cukup tinggi. Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan besar, apakah pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dalam  bentuk ‘angka’ dapat dijadikan tolak ukur kemakmuran atau peningkatan kesejahteraan masyarakat di Papua Barat?Apakah pembangunan ekonomi Papua Barat dapat dikatakan berhasil atau hanya keberhasilan ‘semu’?


            Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dalam mengurangi kemiskinan dan menghasilkan sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan manusia dan perlindungan lingkungan.  Namun, pertumbuhan ekonomi saja tidak menjamin pembangunan manusia. Sementara pembangunan ekonomi adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dengan adanya pembangunan diharapkan kesejahteraan dari masyarakat bertambah. Ukuran keberhasilan pembangunan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan, yakni tergantung kepada fokus dan orientasi pembangunan yang dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama bagi: (1) Pengambil keputusan (Decision maker); (2) Perencana (planner) sebagai perencana dan perancang (berbagai aktivitas pembangunan, tujuan dan targetnya serta pelaksanaannya); (3) Pelaksana pembangunan itu sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau sering disebut juga sebagai agen pembangunan; (4) Masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan. Tantangan utama pembangunan ekonomi adalah bagaimana memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi, dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ini mensyaratkan adanya partisipasi yang luas dari seluruh masyarakat, baik dalam proses pembangunan ekonomi itu sendiri, maupun dalam menikmati hasil-hasilnya.
            Pada hakekatnya pembangunan ekonomi dinilai berhasil bila masyarakat merasa sejahtera atau hidup makmur, yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan dasar dan hidup layak. Sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi itu sendiri yaitu penciptaan lapangan kerja dan kesejahteraan, dan perbaikan kualitas hidup (the creation of jobs and wealth, and the improvement of quality of life). Proses pembangunan ekonomi adalah untuk mempengaruhi pertumbuhan dan penataan kembali suatu ekonomi dalam rangka meningkatkan kemakmuran ekonomi suatu masyarakat (as a process that influences growth and restructuring of an economy to enhance the economic well being of a community). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Namun bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi karena perlu ditelaah apakah masyarakat sebagai sasaran pembangunan turut menikmati hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut.


            Pertumbuhan ekonomi Papua Barat yang ‘luar biasa’ pada tahun 2010-2011 tidak serta merta dapat dijadikan ukuran mutlak bahwa masyarakat di Papua Barat memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi, bahkan tertinggi di Indonesia. Karena sebenarnya ‘gairah’ pertumbuhan ekonomi Papua Barat didorong oleh kehadiran pertambangan minyak bumi dan gas alam (migas) yang menjadi primadona dalam mendongkrak perekonomian. Padahal yang menikmati keberadaan ‘sumber daya alam’ tersebut hanya ‘segelintir’ orang, yang diistilahkan dengan ‘pelaku kakap’. Sungguh memprihatinkan dengan kenyataan bahwa SDA migas memegang peranan yang terus meningkat selama tahun 2008-2011. Bahkan pada tahun 2011 kontribusinya lebih dari 50 persen terhadap penciptaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Papua Barat. Ini terutama dipicu oleh kehadiran ‘LNG Tangguh’ yang beroperasi pada akhir tahun 2009 di Kabupaten Teluk Bintuni.
            Kehadiran migas di Papua Barat secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Lantas apakah ini berarti bahwa pembangunan ekonomi Papua Barat dinilai berhasil mensejahterakan masyarakat, terutama masyarakat Papua?Pada dasarnya penopang kehidupan masyarakat di Papua Barat adalah sektor primer, dalam hal ini adalah sektor pertanian karena sebagian besar penduduk di Papua Barat memiliki mata pencaharian sebagai petani atau nelayan. Namun sektor pertanian memiliki kontribusi yang terus menurun selama tahun 2005-2011 terhadap penciptaan PDRB Papua Barat. Bahkan pada tahun 2011, pertanian hanya berkontribusi sebesar 13,76 persen. Pertumbuhan sektor ini juga hanya sekitar 1,56 persen saja dan hanya menyumbang sebesar 0,34 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat sebesar 27,22 persen di tahun 2011. Hal ini sangat memprihatinkan karena kehidupan masyarakat di Papua Barat banyak yang bergantung pada sektor pertanian. Hanya sebagian kecil yang berusaha di sektor lain, seperti perdagangan, pertambangan, dll. Dengan demikian apakah pembangunan ekonomi Papua Barat dinilai gagal meskipun pertumbuhan ekonominya sangat tinggi?Sebenarnya tujuan pembangunan ekonomi itu sendiri adalah untuk mencapai kemakmuran atau kesejahteraan. Yang terpenting dalam suatu pembangunan adalah suatu ‘proses’ sedangkan ‘hasil’ merupakan buah dari pembangunan. Proses itu seringkali memerlukan jangka waktu yang panjang untuk mencapai hasil yang diharapkan.

            Sekali lagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak serta merta mengindikasikan keberhasilan pembangunan ekonomi. Demikian juga sebaliknya. Karena patut dicermati adalah “apakah pertumbuhan ekonomi yang dicapai tersebut benar-benar berkualitas atau tidak”, “siapakah pelaku ekonomi yang paling merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut”, dan bagaimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi berdampak pada kemakmuran masyarakat umum, bukan ‘segelintir orang’ saja. Selain itu pembangunan ekonomi juga memiliki aspek-aspek lain yang mengindikasikan suatu ‘kesuksesan pembangunan’ seperti angka pengangguran dan angka kemiskinan yang rendah, sarana dan prasarana pendukung wilayah yang mendukung, akses barang dan jasa yang tidak terhambat, dan lain-lain. Meskipun demikian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat mengurangi kemiskinan dan menyerap tenaga kerja bila ‘pertumbuhan ekonomi’ tersebut terjadi pada sektor-sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak. Karena pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan yang benar-benar digerakkan oleh masyarakat sehingga masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam mendongkrak aktivitas perekonomian. Ini akan menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi sehingga tujuan pembangunan, yaitu kemakmuran dapat tercapai.

No comments:

Post a Comment