Sunday, January 10, 2016

Membangun Mimpi Kota Sorong Sebagai Kawasan Ekonomi Di Wilayah Timur

            Kota Sorong merupakan suatu wilayah yang terletak paling ujung timur Indonesia, tepatnya di kepala burung Pulau Papua. Sejak dulu dikenal sebagai Kota Minyak karena kekayaan minyak bumi yang melimpah dibandingkan daerah lain di Provinsi Papua Barat. Aktivitas pengeboran minyak telah dilakukan sejak tahun 1935 oleh Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM). Kini pengelolaan minyak dikendalikan oleh PT Petrochina yang bermarkas di Kabupaten Sorong.
            Kota Sorong memiliki letak yang sangat strategis karena merupakan gerbang keluar masuk di daerah timur (Pulau Papua). Kota Sorong juga menjadi daerah persinggahan bagi wisatawan domestik maupun luar negeri yang ingin menjelajahi pesona Raja Ampat yang dikenal sebagai “The Lost Paradise” atau Surga Dunia karena keindahan alam bawah lautnya yang memukau. Letak yang tergolong strategis ini menjadikan Kota Sorong sebagai Kota industri, perdagangan dan jasa. Kota Sorong bahkan menjadi penghubung ekspor dan impor antara kabupaten lainnya yang mempunyai Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat potensial dengan wilayah di luar Provinsi Papua Barat. Keistimewaan ini berdampak pada peluang investasi yang potensional bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya di Kota Sorong.
            
             Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Sorong pada tahun 2014 telah mencapai 12,10 persen atau mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan tahun 2013 dimana LPE-nya sebesar 11,83 persen. Nilai Produk Domestik Bruto Kota Sorong (PDRB) yang merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksi di Kota Sorong dalam jangka waktu satu tahun pada tahun 2014 mencapai nilai fantastis sekitar 9,3 triliun rupiah atau mengalami peningkatan sekitar 21,37 persen dibandingkan tahun 2013 (7,7 triliun rupiah). Nilai ini tertinggi di antara kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Papua Barat tanpa memasukkan peranan minyak bumi dan gas. Bahkan PDRB Kota Sorong menguasai sekitar 30,33 persen dari keseluruhan total PDRB kabupaten/kota se-Papua Barat pada tahun 2014 tanpa faktor minyak bumi dan gas didalamnya. Maka dapat dikatakan bahwa besar kecilnya perkembangan PDRB Kota Sorong berpengaruh terhadap besar kecilnya sumbangan PDRB Kota Sorong terhadap pembentukan PDRB Provinsi Papua Barat. Perekonomian Kota Sorong pada tahun 2014 sebagian besar ditopang dari sektor lapangan usaha Konstruksi sebesar 27,01 persen; Perdagangan besar dan eceran termasuk reparasi mobil dan motor sebesar 16,95 persen serta Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 10,56 persen. Sementara sektor lapangan usaha pertanian yang merupakan penyangga perekonomian Provinsi Papua Barat hanya memiliki kontribusi sekitar 8,28 persen terhadap perekonomian Kota Sorong. Selama periode tahun 2010-2014, pertumbuhan ekonomi Kota Sorong relatif stabil meski sempat mengalami perlambatan ekonomi pada tahun 2011 (6,54 persen) dengan tingkat inflasi terkendali sebesar 6,83 persen di tahun 2014, namun Kota Sorong mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama tiga tahun terakhir. PDRB perkapita yang merupakan ukuran kesejahteraan bila tanpa memperhitungkan asal dari faktor produksi yang dimilikinya, maka rata-rata PDRB per kapita Kota Sorong selama tahun 2010-2014 berkisar 26 - 42 juta rupiah per tahun (tertinggi di Papua Barat) dengan asumsi rata-rata per penduduk memiliki pendapatan sekitar 2 – 3,5 juta setiap bulan.

          

            Kota Sorong memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat kawasan ekonomi di daerah timur. Infrastrukturnya tergolong cukup lengkap meski masih jauh dari Kota Jayapura yang memiliki sarana dan prasarana paling mumpuni di Pulau Papua karena merupakan wilayah yang telah mengalami pembangunan pesat sejak Irian Barat kembali ke pangkuan Indonesia. Kota Sorong memiliki pelabuhan laut dan bandar udara yang cukup memadai dan masih terus dikembangkan serta fasilitas dasar seperti pendidikan dan kesehatan yang terlengkap di Papua Barat. Selain itu, Kota Sorong memiliki jumlah penduduk terbanyak di Papua Barat, yaitu sekitar 218.799 jiwa pada tahun 2014 yang diproyeksikan akan meningkat menjadi 261.400 jiwa pada tahun 2020. Jumlah penduduk yang tertinggi didukung dengan tingginya persentase penduduk yang tamat sarjana (S1/S2/S3), angka Harapan Lama Sekolah (HLS) tertinggi dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terlama merupakan modal pembangunan yang potensial untuk membangun Kota Sorong sebagai pusat ekonomi di daerah timur. Selain indikator ekonomi yang positif, Kota Sorong memiliki indikator sosial, yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) tertinggi di Papua Barat dengan capaian sebesar 75,78.


              Luas wilayah Kota Sorong hanya sebesar 1.105,00 km2, atau hanya sekitar 1.13% dari total luas wilayah Papua Barat. Hal ini akan menghambat perkembangan pembangunan Kota Sorong di masa mendatang karena hampir tidak ada lahan kosong yang luas yang dapat dikonversi menjadi suatu kawasan ekonomi. Kuncinya adalah pengembangan Kabupaten Sorong bersama Kota Sorong menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) wilayah timur. Untuk itu perlu mengembangkan kawasan industri besar dan sedang dengan memanfaatkan lahan di Kabupaten Sorong dan menjalin sinergi profit yang saling menguntungkan antara Kota dan Kabupaten Sorong. Dengan demikian, mimpi Kota Sorong sebagai pusat ekonomi di kawasan Timur dapat terwujud. Semoga!

No comments:

Post a Comment