Diseminasi data BPS merupakan suatu tahapan yang
tidak kalah penting dari pengumpulan data hingga penyajiannya. Data BPS hanya
akan berakhir di atas meja atau lemari perpustakaan bila tidak di-diseminasikan
dengan baik. Banyak cara untuk mensosialisasikan data yang dikumpulkan kepada
khalayak umum, seperti website yang dapat diakses melalui komputer maupun
smartphone. Bahkan terobosan terbaru adalah BPS memiliki akun resmi Facebook
dan Twitter. Sosmed alias sosial media sangat berperan dalam trend gaya hidup
masa kini. Bahkan sosmed menjadi tool yang
cukup efektif dalam sosialisasi dokumentasi kegiatan atau aktifitas apa pun. Dengan
demikian diharapkan data-data BPS kian populer dan bernilai sejuta manfaat terutama
untuk kepentingan user atau konsumen
data BPS.
Inovasi
teknologi yang mengusung tema “diseminasi” juga telah dilakukan oleh lembaga atau
institusi sekaliber Bank Indonesia. Dengan layanan informasi publik yang
mengedepankan kecepatan, kepuasan konsumen dan pelayanan prima, BI telah
mengimplementasikan BICARA atau Bank
Indonesia Call and Interaction dengan keunggulan standar internasional dan
dukungan sertifikat ISO. BICARA telah beroperasi melalui berbagai jalur
komunikasi seperti telepon, email, fax, surat, kunjungan langsung dan social media. Bahkan feedback dari
masyarakat untuk teknologi tersebut sangat positif. Selain dapat berkomunikasi
secara interaktif, publik dapat mengakses data dan informasi BI lebih mudah dan
cepat. Suatu terobosan yang perlu dijadikan panutan bagi para pakar IT BPS
untuk mengupayakan suatu sistem diseminasi data secara lebih menyentuh need masyarakat dan meningkatkan public trust akan data BPS. Lebih krusial
lagi, membangkitkan kesadaran stakeholder akan manfaat data yang lebih besar
dalam perencanaan pembangunan, implementasi kebijakan publik dan kepentingan
penelitian untuk kemaslahatan umum. Masyarakat umum juga penting digiring untuk
memahami partisipasinya dalam suatu survei BPS akan turut berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi maupun human
resources yang akhirnya bermuara pada azas manfaat yang mereka peroleh dari
hasil-hasil pembangunan. Selama ini masyarakat terutama kalangan bisnis cenderung
skeptis dengan survei BPS karena dirasa tak ada manfaat langsung yang berimbas
pada kondisi “kocek” mereka. Untuk itu BPS perlu membangun jalur diseminasi
data yang mumpuni dengan teknologi terkini dan tim humas yang terlatih.
Persoalan
yang mengganjal diseminasi data BPS agar lebih membangkitkan animo masyarakat
dan menyentuh need user kemungkinan
adalah 4 (empat) faktor. Satu, minimnya tenaga ahli di BPS yang fokus untuk
menyuarakan data BPS agar terkesan tidak kaku dan lebih interaktif. Jangankan
di BPS Provinsi, di BPS Pusat pun masih kekurangan tenaga ahli dengan
kualifikasi yang dimaksud. Solusinya tentu intensive
training secara kontinu dan konsisten dengan para expert di luar BPS yang memiliki segudang pengalaman dalam
diseminasi data. Kedua, publikasi data BPS yang sepi kreativitas, artinya publikasi
BPS selama ini memiliki desain cover yang itu-itu saja dengan konten yang
nyaris serupa setiap tahun. Tentu dalam penyusunan publikasi harus memiliki
standar tersendiri, namun publikasi data tidak melulu dalam bentuk buku atau
BRS (Berita Rilis Statistik). BPS mungkin dapat meluncurkan Buletin Data yang
terbit setiap triwulan dengan konten indikator data terpilih yang up to date plus desain Infografis yang “eye-catching”
dan understandable. Sasarannya adalah
masyarakat atau publik yang dapat mengaksesnya via PC, laptop, bahkan teknologi
seluler.
Ketiga,
Inovasi perangkat teknologi untuk diseminasi masih terbatas. BPS telah melakukan
terobosan sms gateway dan penggunaan
tablet dalam survei tertentu, namun untuk diseminasi data masih minim.
Diseminasi seharusnya tidak hanya terbatas pada website maupun sosmed, namun
dapat juga dalam bentuk video di Youtube dengan akun resmi milik BPS atau video
digital dengan variasi animasi ikon BPS (misal Bung Itung) yang “dititipkan” dalam
perangkat digital milik pemerintah daerah atau dapat diakses dari website BPS
(dari daerah hingga pusat) melalui komputer, tablet dan smartphone. Keempat, tenaga
humas daerah yang kurang dari segi jumlah dan kurang dalam fokus diseminasi
data. Selama ini humas berkutat dalam mensosialisasikan kegiatan survei dan
sensus BPS serta acara press rilis. Tenaga humas di daerah perlu difokuskan dalam
peningkatan relasi dengan stakeholder maupun publik dengan berbagai inovasi
diseminasi seperti video digital dalam website BPS daerah, layanan telepon
interaktif, sistem diseminasi data offline
dan blog Statistik Populer dengan akun resmi BPS agar public interest akan data kian meningkat. Kuncinya secanggih apa
pun teknologi yang digunakan, faktor manusia yang paling berperan dalam keberhasilan
diseminasi data.
Semoga BPS bisa berjaya dengan teknologi ter-update!
No comments:
Post a Comment